Rabu, 03 Juni 2015

Mengenal Interaksi Edukatif

Contoh Makalah Strategi Pembelajaran

 

Mengenal Interaksi Edukatif

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Interaksi yang berlangsung dalam kehidupan di sekitar manusia dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai edukatif. Interaksi yang dapat disebut interaksi edukatif apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik dan untuk mengantarkan anak didik kea rah kedewasaannya. Dalam hal ini yang menjadi pokok adalah maksud dan tujuan berlangsungnya interaksi tersebut, karena kegiatan interaksi itu memang direncanakan atau disengaja. Kesadaran dan kesenjangan melibatkan diri dalam proses pembelajaran pada diri siswa dan guru akan dapat memunculkan berbagai interaksi belajar.
Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif, yang artinya didalam prosesnya anak didik berpegang pada ukuran, norma dan nilai yang diyakininya. Setiap interaksi belajar mengajar pasti bertujuan. Tujuan ini menentukan cara dan bentuk interaksi. Dalam mengajar terjadi suatu proses menguji strategi dan rencana yang memungkinkan timbulnya perbuatan belajar pada siswa . Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
1.2  RUMUSAN MASALAH
-          Apa yang dimaksud dengan interaksi edukatif?
-          Sebutkan ciri-ciri interaksi edukatif?
-          Sebutkan komponen-komponen interaksi edukatif?
-          Jelaskan bentuk interaksi edukatif?
-          Sebutkan fungsi interaksi edukatif?
-          Jelaskan interaksi belajar mengajar sebagai interaksi edukatif?
1.3  TUJUAN
-          Mengetahui pengertian interaksi edukatif.
-          Memahami ciri-ciri dan komponen-komponen interaksi edukatif.
-          Memahami bentuk dan fungsi interaksi edukatif.
-          Memahami interaksi belajar mengajar sebagai interaksi edukatif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN INTERAKSI EDUKATIF
Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya. Kegiatan komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupannya. Kalau dihubungkan dengan istilah interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam suatu kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang didesain untuk suatu tujuan tertentu.
Demikian juga tentunya hubungan antara guru dan siswa, anak buah dengan pimpinannya, antara buruh dengan pimpinannya serta lain-lain. Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen, komponen-komponen tersebut dalam berlangsungnya proses belajar tidak dapat dipisah-pisahkan. Dan perlu ditegaskan bahwa proses teknis ini juga tidak dapat dilepaskan dari segi normatifnya, segi normatif inilah yang mendasari proses belajar mengajar. Interaksi edukatif yang secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar mengajar itu, memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan bentuk interaksi yang lain.
Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para pelajar atau siswa didalam kehidupan, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Interaksi edukatif  berasal dari dua kata yaitu interaksi dan edukatif yang artinya mempunyai pendidikan. Jadi yang dimaksud interaksi edukatif adalah komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai pengertian bersama yang kemudian untuk mencapai tujuan  dalam kegiatan belajar.
Proses interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung sejumlah norma, semua norma itulah yang harus guru berikan kepada anak didik. Interaksi sebagai jembatan yang menghidupkan antara pengetahuan dan perbuatan yang mengantarkan kepada tingkah laku sesuai dengan pengetahuan yang diterima anak didik. Interaksi yang berlangsung di sekitar kehidupan manusia dapat diubah menjadi interaksi edukatif yakni interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang, Interaksi edukatif dapat berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif.
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta didik. Dalam saling mempengaruhi ini peranan pendidik lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan. Peranan peserta didik lebih banyak sebagai penerima pengaruh, sebagai pengikut, oleh karena itu disebutnya “peserta didik” atau “terdidik” bukan pendidik (orang yang mendidik diri sendiri).
Dalam proses komunikasi interaktif edukatif peran teknologi pendidikan sangat besar, baik dari segi penyampaian pesan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, dalam penyamaan persepsi siswa sehingga akan memudahkan penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa sehingga pada akhirnya semakin baik proses komunikasi interaksi edukatif maka akan semakin baik pula proses penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa interaksi edukatif adalah
hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.2 CIRI-CIRI INTERAKSI EDUKATIF
Ciri-ciri interaksi edukatif adalah sebagai berikut :
a)      Ada tujuan yang ingin dicapai
b)      Ada bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi
c)      Ada pelajar yang aktif mengalami
d)     Ada guru yang melaksanakan
e)      Ada metode untuk mencapai tujuan
f)       Ada situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar dengan baik
g)      Ada penilaian terhadaap hasil interaksi
Untuk memahami pengetahuan tentang interaksi edukatif atau dalam kegiatan pengajaran secara khusus dikenal dengan “interaksi Belajar-Mengajar” yang titik penekanannya pada unsur motivasi, maka terlebih dulu perlu dipahami hal-hal yang mendasarinya. Sekurang-kurangnya harus memahami kapan suatu interaksi itu dikatakan sebagai interaksi edukatif, termasuk pemahaman terhadap konsep belajar dan mengajar. Setelah itu perlu dikaji tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai dasar motivasi dengan segala jenisnya serta apa pula yang dimaksud dengan motivasi dan kegiatan dalam belajar. Dan persoalan dasar yang tidak dapat ditinggalkan dalam pembicaraan interaksi belajar-mengajar ini, adalah pemahaman terhadap siapa guru yang dikatakan sebagai tenaga profesional kependidikan itu dan siapa pula siswa yang dikatakan sebagai subjek belajar itu. Bagi guru yang memahami akan keprofesiannya dan mengerti tentang diri anak didiknya, maka dapat melakukan kegiatan interaksi dan motivasi secara mantap. Kemudian operasionalisasinya, guru harus juga memahami dan melaksanakan pengelolaan interaksi belajar-mengajar.
Edi Suardi dalam bukunya Pedagogik (1980) merinci ciri-ciri interaksi belajar mengajar sebagai berikut :
a)      Interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajarmengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
b)      Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematis dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan dibutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula.
c)      Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu diperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi belajar-mengajar.
d)     Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya belajar mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi tidak ada gunanya guru melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar, kalau siswa hanya fasip saja. Sebab para siswalah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
e)      Dalam interaksi belajar-mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing ini, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses balajar-mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang akan dilihat dan akan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (“akan lebih baik bersama siswa”) sebagai desaigner akan memimpin terjadinya interaksi belajar-mengajar.
f)       Didalam interaksi belajar-mengajar dibutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi belajar-mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun pihak siswa. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
g)      Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam system berkelas (kelompok siswa), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak biasa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah dicapai.
Disamping beberapa ciri seperti penilaian diatas, unsur penilaian adalah unsur yang sangat penting. Dalam kaitannya dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka untuk mengetahui apakah tujuan itu sudah tercapai lewat interaksi belajar- mengajar atau belum, perlu diketahui dengan kegiatan penilaian. Dengan demikian, cirri-ciri interaksi belajar-mengajar itu sebenarnya senada dengan ciriciri interaksi edukatif, sebagaimana disebutkan terdahulu. Memang kalau dilihat secara spesifik dalam kegiatan pengajaran, apa yang dikatakan interaksi edukatif itu akan berlangsung dengan kegiatan interaksi belajar-mengajar. Bila terjadi proses belajar-mengajar, maka bersama ini pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Kalau sudah terjadi suatu proses/saling berinteraksi, antara yang mengajar dengan yang belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak sengaja, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi guru walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga melakukan belajar.
Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar-mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar-mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik.
2.3 KOMPONEN-KOMPONEN INTERAKSI EDUKATIF
Dalam proses belajar- mengajar sebagai suatu sistem interaksi, maka kita akan dihadapkan kepada sejumlah komponen-komponen. Tanpa adanya komponenkomponen tersebut sebenarnya tidak akan terjadi proses interaksi edukatif antara guru dengan anak didik. Berikut adalah komponen-komponen tersebut :
1.      Tujuan
Tujuan merupakan hal yang pertama kali harus dirumuskan dalam kegiatan interaksi edukatif. Sebab, tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana kegiatan pembelajaran dibawa oleh guru. Dengan berpedoman pada tujuan guru dapat menyeleksi tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang harus ditinggalkan.
2.      Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif, sebab tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan, dalam pemilihan pelajaran harus disesuaikan dengan kondisi tingkatan murid yang akan menerima pelajaran. Selain itu bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan baik.
3.      Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan maka guru menggunakan metode yang bervariasi. Faktorfaktor yang perlu dipertimbangkan untuk memilih metode mengajar sebagai berikut (Djamarah, 1996:184):
a)      Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya.
b)      Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya.
c)      Situasi dengan berbagai keadaannya.
d)     Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.
e)      Pribadi guru dan kemampuan profesinya yang berbeda-beda.
4.      Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Alat nonmaterial dan ala material biasanya dipergunakan dalam kekuatan interaksi edukatif. Alat non material berupa suruhan, perintah, larangan, dan nasehat.Alat material berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan dan video.
5.      Sumber
Sumber belajar dapat diperoleh di sekolah, di halaman, dipusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Pemanfaatan sumber pengajaran tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, dan kebijakan-kebijakan lainnya.
6.      Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat instrument penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.
2.4 BENTUK INTERAKSI EDUKATIF
Interaksi edukatif dilakukan dalam beberapa bentuk dengan mempergunakan pola komunikasi, antara lain: komunikasi sebagai aksi, yaitu komunikasi satu arah dimana pendidik ditempatkan sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai penerima aksi. Dalam interaksi ini pendidik aktif sementara peserta didik pasif. Kegiatan belajar mengajar dipandang sebagai momen untuk menyampaikan bahan pelajaran; komunikasi sebagai interaksikomunikasi dua arah dimana pendidik berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Demikian pula halnya anak didik, bisa sebagai penerima aksi, bisa pula sebagai pemberi aksi. Terjadi dialog antara pendidik dan peserta didik; Dan komunikasi sebagai transaksi, adalah komunikasi banyak arah yaitu komunikasi yang tidak hanya terjadi antara guru dan peserta didik, tetapi juga adanya tuntutan terhadap anak didik supaya aktif lebih daripada pendidik. Peserta didik dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi peserta didik lainnya, seperti halnya pendidik.
Sebagai pemerhati pendidikan, saya mengusulkan agar interaksi edukatif dapat menggunakan pola komunikasi sebagai transaksi. Pertimbangan saya adalah komunikasi sebagai transaksi dapat menumbuhkan rasa kebersamaan (sense of colective) peserta didik. Rasa kebersamaan merupakan puncak dari merasa diterima (sense of membership), yaitu perasaan yang dapat menumbuhkembangkan peserta didik. Ketika peserta didik merasa diterima, dihormati, dan disenangi dengan segala keadaan dirinya, maka peserta didik cenderung meningkatkan penerimaan dirinya yang berujung pada tumbuh kembang yang sesuai harapan pendidik.
2.5 FUNGSI INTERAKSI EDUKATIF
Beberapa fungsi interaksi edukatif, sebagai berikut:
  1. Dapat mentransfer pengetahuan (kognitif) secara optimal. Hal ini terkait dengan pengertian yaitu menyangkut penerimaan yang cermat pada isi pesan, ide, atau gagasan seperti yang dikemukakan oleh pendidik. Ini pennting, oleh karena kegagalan meneriman isi pesan, ide atau gagasan secara cermat dapat menimbulkan kesalahpahaman.
  2. Memungkinkan terjadinya transfer norma (afektif). Hal ini erat kaitannya dengan perubahan sikap peserta didik. Tidak hanya menyangkut norma-norma tetapi juga menyangkut kesenangan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Perasaan senang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Dalam hal ini pendidik sebaiknya bersikap luwes dan humoris. Sebuah survey nasional terhadap 1000 peserta didik berusia antara 13 – 17 tahun menyebutkan bahwa peserta didik lebih senang dan tertarik atau lebih menyukai pendidik yang memiliki selera humor (Santrock, 2004 dalam Kristiandi, 2009).
  3. Dapat mendukung pengetahuan yang diterima peserta didik.
  4. Mengarahkan perbuatan atau tingkahlaku peserta didik sesuai dengan pengetahuan yang diterimanya. Ini merupakan titik akhir dari interaksi edukatif.
  5. Dapat meningkatkan atau menciptakan hubungan yang baik. Relasi yang baik antara pendidik dengan peserta didik memungkinkan pendidik dapat mengetahui kebutuhan peserta didik peserta didik. Dengan mengetahui kebutuhan peserta didik, pendidik dapat menciptakan iklim kondusif dalam kegiatan belajar mengajar.
  6. Sebagai momentum pengakuan, baik dari pendidik terhadap peserta didik maupun dari peserta didik lainnya. Peserta didik membutuhkan pengakuan dari pendidik dan peserta didik sebagai sumber motivasi dalam belajar. Kenyataannya, tak sedikit peserta didik yang termotivasi atau bergairah dalam belajar bukan hanya karena motivasi berprestasi tetapi juga karena sokongan sosial. Inilah peserta didik yang menampakkan kegairahan belajar apabila mempunyai interaksi sosial yang akrab dengan pendidik dan teman-teman sekelas.
2.6 INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR SEBAGAI INTERAKSI EDUKATIF
Interaksi adalah suatu pertukaran ide secara verbal atau timbal balik lainnya antara orang perseorangan, perseorangan dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok untuk saling mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan guru dalam kegiatan pendidikan Interaksi dalam proses belajar mengajar tidak hanya menyatakan hubungan guru dengan siswa atau siswa dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Interaksi edukatif merupakan proses interaksi yang disengaja, sadar akan tujuan untuk mengantarkan siswa ke arah kedewasaanya. Interaksi dalam proses belajar mengajar melibatkan metode kerja kelompok. Metode ini bertujuan agar siswa dapat bekerjasama membahas dan memecahkan masalah. Agar terjadi interaksi belajar mengajar yang baik, ada beberapa faktor yang harus dipenuhi, yaitu dasar­dasar interaksi belajar mengajar yang terdiri dari:
  1. Interaksi bersifat edukatif.
  2. Dalam interaksi terjadi perubahan tingkah laku pada siswa sebagai hasil belajar mengajar.
  3. Peranan dan kedudukan yang tepat dalam proses interaksi belajar mengajar.
  4. Interaksi sebagai proses belajar mengajar.
  5. Sarana kegiatan proses belajar mengajar yang tersedia, yang membantu tercapainya interaksi belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Menurut Piaget peranan guru dalam interaksi belajar mengajar antara lain:
  1. Sebagai fasilitator, yaitu menyediakan situasi­situasi yang dibutuhkan individu untuk belajar.
  2. Sebagai pembimbing, yaitu memberikan bimbingan siswa dalam interaksi belajar, agar siswa mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien.
  3. Sebagai motivator, yaitu memberikan dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar.
  4. Sebagai organisatoris, yaitu mengorganisasikan kegiatan belajar siswa maupun guru.
Interaksi belajar mengajar ditandai pula oleh adanya aktifitas siswa, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada aktifitas. Itulah sebabnya aktifitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar­ mengajar.
Dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah berlanglsung interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan paling pokok. Jadi proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Dalam proses interaksi tersebut dibutuhkan komponen pendukung (ciri-ciri interaksi edukatif) yaitu (1) Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan : yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Interaksi belajar mengajar sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian siswa mempunyai tujuan, (2) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah dilaksanakan. Dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematik yang relevan, (3) Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Materi didesain sehingga dapat mencapai tujuan dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar, (4) Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Siswa sebagai pusat pembelajaran, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar, (5) Dalam interaksi belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing. Guru memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi dan sebagai mediator dan proses belajar mengajar, (6) dalam interaksi belajar mengajar membutuhkan disiplin. Langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan, (7) Ada batas waktu. Setiap tujuan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus dicapai, (8) Unsur penilaian. Untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai melalui interaksi belajar mengajar ( Titin, 2003:10).
 Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mengelola interaksi belajar mengajar guru harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan, memiliki keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian di atas, kita menyimpulkan bahwa :
a)      Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran.
b)      Ciri-ciri interaksi edukatif adalah ada tujuan yang ingin dicapai, ada bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi, ada pelajar yang aktif mengalami, ada guru yang melaksanakan, ada metode untuk mencapai tujuan, ada situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar dengan baik, ada penilaian terhadaap hasil interaksi.
c)      Komponen-komponen interaksi edukatif yaitu tujuan pembelajaran, bahan ajar, alat, metode, sumber dan evaluasi. Sedangkan prinsipprinsip interaksi edukatif adalah motivasi, presepsi yang dimiliki, titik pusat perhatian, keterpaduan, pemecahan masalah, mencari, belajar sambil bekerja, hubungan social dan perbedaan individu.
d)     Bentuk interaksi edukatif antara lain salah satunya adalah komunikasi sebagai aksi, yaitu komunikasi satu arah dimana pendidik ditempatkan sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai penerima aksi. Dalam interaksi ini pendidik aktif sementara peserta didik pasif. Kegiatan belajar mengajar dipandang sebagai momen untuk menyampaikan bahan pelajaran.
e)      Fungsi interaksi edukatif yaitu dapat mentransfer pengetahuan (kognitif) secara optimal, memungkinkan terjadinya transfer norma (afektif), dapat mendukung pengetahuan yang diterima peserta didik, mengarahkan perbuatan atau tingkah laku peserta didik sesuai dengan pengetahuan yang diterimanya, dapat meningkatkan atau menciptakan hubungan yang baik dan sebagai momentum pengakuan baik dari pendidik terhadap peserta didik maupun dari peserta didik lainnya.
f)       Interaksi belajar mengajar ditandai pula oleh adanya aktifitas siswa, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada aktifitas. Itulah sebabnya aktifitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar­ mengajar.
3.2 SARAN
Suatu model pembelajaran yang bertujuan agar siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran sangatlah baik namun yang terpenting haruslah guru sebagai pendidik sekaligus pengajar harus dapat menggunakan berbagai teknik, strategi dan model pembelajaran interaktif yang sesuai dengan minat siswa. Selain itu guru juga harus pandai menggunakan model interaktif yang cocok dengan materi yang akan diajarakan, tujuan dari pembelajaran dan memahami karakter siswa agar mudah untuk mengarahkan siswa.
Mungkin dengan pembahasan masalah diatas mengenai interaksi edukatif dapat sebagai panduan bagi guru bagaimana memilik metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, situasi dan kondisi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: UNS Press
Djamarah, Syaiful Bahri, Drs.2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Hasibuan, J.J. Drs., Dip. Ed. Drs. Moedjiono.1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Wingkel.2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia
Purwo, B.K 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa, Yogyakarta, kanisium.
Sapani, H. Suardi dkk. 1988. Teori Pembelajaran Bahasa, Jakarta, proyek penataran Guru SLTP setara DIII.

0 komentar:

Posting Komentar